Kamis, 24 Juli 2014

Ruwatan Rambut Gimbal, Bukan Potong Rambut Biasa

Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu nama daerah di Wonosobo. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah tujuan wisata Jawa Tengah, baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional.
Kemasyuran Dieng terletak pada keindahan alamnya. Ya, Dieng merupakan salah satu tempat yang menyajikan berbagai fenomena alam yang memukau, dari bukit dengan sunrise-nya, telaga, gua, hingga candi-candi peninggalan zaman kerajaan dulu. Namun dibalik itu semua, masyarakat di sekitar Dieng memiliki cerita tersendiri yang telah mengakar didalam kehidupan mereka.
Dataran Tinggi Dieng yang merupakan daerah sejuk itu memiliki beberapa desa yang ditinggali oleh masyarakat didalamnya. Di dalam kehidupan masyarakat tersebut ada fenomena aneh yang terkenal dengan sebutan ‘anak gimbal’.
Anak gimbal sendiri merupakan anak yang berusia 40 hari sampai 6 tahun dan memiliki rambut gimbal (rambu panjang tidak terurus, terlihat kusam) yang tumbuh alami dan bukan diciptakan oleh lainnya. Rambut gimbal tersebut muncul setelah anak tersebut awalnya terserang demam dengan suhu tubuh sangat tinggi disertai menggigau waktu tidur. Gejala tersebut tidak bisa diobati sampai akhirnya normal dengan sendirinya namun rambut si anak akan berubah menjadi gimbal.
Anak-anak gimbal yang ada di Dieng ini kadang bertingkah tidak seperti anak seumurannya karena sering menyendiri. Masyarakat setempat percaya bahwa saat anak gimbal tersebut menyendiri, anak tersebut sedang berinteraksi dengan teman gaibnya. Mereka tidak berani melanggar pantangan-pantangan menyangkut mitos anak gembel ini, seperti memotong rambut gimbal tersebut sebelum si anak meminta untuk dipotong. Apabila dilanggar maka akan mengakibatkan anak tersebut sakit dan rambut akan kembali gimbal.
Rambut gimbal yang dimiliki anak penduduk sekitar Dieng dipercayai sebagai titipan dari penguasa alam gaib. Rambut dapat dipotong setelah adanya permintaan dari anak yang bersangkutan. Sebelum dilakukan ruwatan untuk memotong, biasanya anak gimbal akan mengajukan syarat kepada orang tuanya dan orang tuanya harus memenuhi keinginannya/permintaannya, karena jika tidak maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng. Dan pada malam harinya akan dilanjutkan upacara Jamasan Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa saat kirab anak-anak rambut gimbal untuk dicukur.
Setelah dilakukan kirab, menuju tempat pencukuran. Perjalanan dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu. Selama berkeliling desa anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok-kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.
Setelah kirab kemudian dilakukan pemandian anak gimbal di sumur Sendang Sedayu atau Sendang Maerokoco yang berlokasi di utara Darmasala komplek Candi Arjuna. Saat memasuki sumur Sendang Sedayu tersebut anak-anak gimbal dilindungi payung Robyong dan kain panjang di sekitar Sendang Maerokoco. Setelah selesai, anak-anak gimbal tersebut dikawal menuju tempat pencukuran.
Saat upacara pencukuran akan dipersembahkan sesajian berupa kepala ayam, tempe gembus, kambing etawa, marmut, sayur mayur dan sesajian lainnya yang berasal dari hasil bumi sekitaran Dataran Tinggi Dieng.
Sebelum pencukuran, kesenian tradisional akan menghibur anak-anak gimbal dan masyarakat. Setelah itu proses pemotongan rambut anak gimbal akan berlangsung sekitar 30 menit bertempat di depan Candi Arjuna. Pencukuran rambut gimbal ini dilakukan tokoh masyarakat didampingi pemandu dan pemangku adat.


Berikutnya upacara akan dilanjutkan dengan menyerahkan benda atau hal yang diminta si anak gimbal sebelumnya. Para abdi upacara selanjutnya akan menghanyutkan potongan rambut gimbal ke Telaga Warna yang mengalir ke Sungai Serayu dan berhilir ke Pantai Selatan di Samudera Hindia.
Penghanyutan potongan rambut gimbal ke sungai menyimbolkan pengembalian bala yang dibawa si anak kepada para dewa dan selanjutnya membawa rezeki pada si anak.
Mengenai asal-usul anak gimbal ini ada dua versi. Pertama, yang umum beredar di masyarakat yaitu bahwa rambut gimbal tersebut adalah titipan Kyai Kolodete, yaitu nenek moyang masyarakat Dieng yang pertama kali membuka desa tersebut. Kyai Kolodete bersumpah tidak akan memotong rambutnya dan tidak akan mandi sebelum desa yang dibukanya menjadi makmur. Kelak keturunannya akan mempunyai ciri rambut sama seperti dirinya dan itu pertanda akan membawa kemakmuran bagi desanya. Versi kedua adalah rambut gimbal tersebut titipan Kanjeng Ratu Kidul di Pantai Selatan. Kepercayaan ini diyakini masyarakatnya yang sebagian masih menganut kepercayaan Kejawen.
Untuk melihat proses upacara ini, wisatawan dapat melihatnya dalam salah satu rangkaian acara tahunan “Dieng Culture Festival” yang biasanya jatuh di bulan Juli. Acara ini menampilkan ruwatan rambut gimbal, festival seni budaya, dan pameran produk khas Dieng.

Selamat Ulang Tahun ke - 189 untuk Kabupaten Wonosobo... Semoga dengan bertambahnya usia Wonosobo semakin maju, makmur, serta potensi-potensi yang ada lebih dimaksimalkan. Amiin.

Postingan artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway #HariJadiWonosobo189

http://golokalmagz.wordpress.com/2014/07/01/giveaway-menulis-artikel-blog-harijadiwonosobo189/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar