Jumat, 06 Juni 2014

HP Pertamaku, HP Perjuanganku



Disudut ruang kelas, terlihat seseorang yang duduk terdiam. Dialah Manda gadis kecil dengan rambut coklat sebahu. Di tengah hiruk-pikuk teman-temannya yang asyik meramaikan kelas, dia hanya duduk dan berdiam diri. Oh tidak, bukan hanya berdiam diri, tapi memandangi sesuatu.
Dari pandangannya, dia memperhatikan segerombolan perempuan yang asyik memainkan hapenya. Diamatinya gerombolan itu oleh Manda. Bukan orangnya yang diamati, namun hapenya.
Jauh di dalam hati Manda timbul rasa iri terhadap teman-temannya itu. Bukan karena apa-apa, tapi karena hape yang dimiliki teman-temannya. Semakin hari semakin banyak anak-anak yang mempunyai hape di sekolahnya. Meskipun baru berseragam putih-biru, anak-anak itu telah dibelikan hape orang tuanya, sementara Manda hanya bisa gigit jari.
Manda tau bahwa orang tuanya tidak sekaya teman-teman di sekolahnya. Manda tau kondisi ekonomi keluarganya. Meskipun dia ingin memiliki hape seperti teman-temannya itu, dia hanya bisa memendamnya dalam hati.
Disuatu sore ketika seisi rumah sedang santai, Manda memberanikan diri untuk mengutarakan keinginannya. Ia berusaha memantapkan hatinya untuk bicara mengenai hal tersebut.
Akhirnya ia pun berhasil menyampaikan perihal itu. Orang tuanya mengerti perasaan anak kesayangannya itu, maka orang tuanyapun menyanggupi keinginan Manda, dengan syarat dia harus mendapat ranking 1 pada kenaikan kelas nanti. Manda pun menyambutnya dengan hati riang dan menyanggupi tantangan dari orang tuanya.

***

Setelah ujian berlalu, pembagian raporpun tiba. Dengan hati penuh harap, Manda menunggu Ibunya pulang dari sekolah untuk mengambil rapor. Waktu 1 menit pun berubah menjadi 10 menit karena ia sangat menunggu kedatangan Ibunya.
Saat-saat yang ditunggupun tiba. Dengan keringat yang masih mengucur di wajah Ibunya akibat mengendarai sepeda ke sekolahnya, ada ulasan senyum yang dipasang. Manda pun segera menghampiri Ibunya, mencium tangannya dan mengambil sebuah buku bertuliskan rapor disampulnya. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah dengan hati penuh. Dan ketika membuka rapor itu, terpasanglah wajah bahagia Manda karena mendapati nilainya dan mendapat ranking 1. Akhirnya ia pun akan memiliki hape !

***

Setelah Ayahnya pulang kerja, tidak langsung Manda menagih janji Ayahnya. Dibiarkanlah Ayahnya untuk beristirahat setelah lelah bekerja. Setelah Ayahnya selesai beristirahat barulah ia menyampaikan kabar gembira dan menagih janji Ayahnya. Ayah Manda pun senang mendengar kabar keberhasilan Manda dan ia pun berjanji malam itu juga akan membelikan hape.
Manda adalah tipe anak yang mengerti keadaan orang tuanya. Meskipun ia akan dibelikan hape, ia tidak menuntut dibelikan hape yang harganya mahal. Ia hanya ingin hape yang harganya 199rb, yaitu hape Esia.

***

Malam pun tiba. Ayah dan Manda pergi untuk membeli hape dengan mengendarai sepeda butut Ayahnya. Setelah berputar-putar di daerah pusat penjualan hape, ternyata tidak ada hape yang dimaksud Manda, yang ada hanya hape-hape yang harganya mahal. Manda bingung dan tidak tega jika Ayahnya harus membelikannya hape yang harganya sama dengan gaji Ayahnya sebulan.
Karena tidak ada hape yang dimaksud Manda, mbak-mbak konterpun menawarinya hape yang harganya 299rb, tetap Esia, namun tipe Esia Hidayah. Manda memutar otak. Dilihatlah sakunya, ia membawa uang 100rb hasil dari tabungannya. Maka ia berbicara kepada Ayahnya bahwa ia akan membeli hape itu namun Manda patungan 100rb untuk membeli hape tersebut. Ayahnya pun setuju dan akhirnya Manda memiliki hape hijau putih itu.