Disudut ruang kelas, terlihat seseorang yang duduk terdiam. Dialah
Manda gadis kecil dengan rambut coklat sebahu. Di tengah hiruk-pikuk
teman-temannya yang asyik meramaikan kelas, dia hanya duduk dan berdiam diri. Oh
tidak, bukan hanya berdiam diri, tapi memandangi sesuatu.
Dari pandangannya, dia memperhatikan segerombolan perempuan
yang asyik memainkan hapenya. Diamatinya gerombolan itu oleh Manda. Bukan
orangnya yang diamati, namun hapenya.
Jauh di dalam hati Manda timbul rasa iri terhadap
teman-temannya itu. Bukan karena apa-apa, tapi karena hape yang dimiliki
teman-temannya. Semakin hari semakin banyak anak-anak yang mempunyai hape di
sekolahnya. Meskipun baru berseragam putih-biru, anak-anak itu telah dibelikan
hape orang tuanya, sementara Manda hanya bisa gigit jari.
Manda tau bahwa orang tuanya tidak sekaya teman-teman di
sekolahnya. Manda tau kondisi ekonomi keluarganya. Meskipun dia ingin memiliki
hape seperti teman-temannya itu, dia hanya bisa memendamnya dalam hati.
Disuatu sore ketika seisi rumah sedang santai, Manda
memberanikan diri untuk mengutarakan keinginannya. Ia berusaha memantapkan
hatinya untuk bicara mengenai hal tersebut.
Akhirnya ia pun berhasil menyampaikan perihal itu. Orang
tuanya mengerti perasaan anak kesayangannya itu, maka orang tuanyapun
menyanggupi keinginan Manda, dengan syarat dia harus mendapat ranking 1 pada
kenaikan kelas nanti. Manda pun menyambutnya dengan hati riang dan menyanggupi
tantangan dari orang tuanya.
***
Setelah ujian berlalu, pembagian raporpun tiba. Dengan hati penuh
harap, Manda menunggu Ibunya pulang dari sekolah untuk mengambil rapor. Waktu 1
menit pun berubah menjadi 10 menit karena ia sangat menunggu kedatangan Ibunya.
Saat-saat yang ditunggupun tiba. Dengan keringat yang masih
mengucur di wajah Ibunya akibat mengendarai sepeda ke sekolahnya, ada ulasan
senyum yang dipasang. Manda pun segera menghampiri Ibunya, mencium tangannya
dan mengambil sebuah buku bertuliskan rapor disampulnya. Buru-buru ia masuk ke
dalam rumah dengan hati penuh. Dan ketika membuka rapor itu, terpasanglah wajah
bahagia Manda karena mendapati nilainya dan mendapat ranking 1. Akhirnya ia pun
akan memiliki hape !
***
Setelah Ayahnya pulang kerja, tidak langsung Manda menagih
janji Ayahnya. Dibiarkanlah Ayahnya untuk beristirahat setelah lelah bekerja. Setelah
Ayahnya selesai beristirahat barulah ia menyampaikan kabar gembira dan menagih
janji Ayahnya. Ayah Manda pun senang mendengar kabar keberhasilan Manda dan ia
pun berjanji malam itu juga akan membelikan hape.
Manda adalah tipe anak yang mengerti keadaan orang tuanya. Meskipun
ia akan dibelikan hape, ia tidak menuntut dibelikan hape yang harganya mahal. Ia
hanya ingin hape yang harganya 199rb, yaitu hape Esia.
***
Malam pun tiba. Ayah dan Manda pergi untuk membeli hape
dengan mengendarai sepeda butut Ayahnya. Setelah berputar-putar di daerah pusat
penjualan hape, ternyata tidak ada hape yang dimaksud Manda, yang ada hanya
hape-hape yang harganya mahal. Manda bingung dan tidak tega jika Ayahnya harus
membelikannya hape yang harganya sama dengan gaji Ayahnya sebulan.
Karena tidak ada hape yang dimaksud Manda, mbak-mbak konterpun
menawarinya hape yang harganya 299rb, tetap Esia, namun tipe Esia Hidayah. Manda
memutar otak. Dilihatlah sakunya, ia membawa uang 100rb hasil dari tabungannya.
Maka ia berbicara kepada Ayahnya bahwa ia akan membeli hape itu namun Manda
patungan 100rb untuk membeli hape tersebut. Ayahnya pun setuju dan akhirnya
Manda memiliki hape hijau putih itu.
Nice one. Sini Manda, aku bayarin Esianya. :)
BalasHapusMakasih ya udah ikutan GA saya :))